Jigsaw Procedure (JP) merupakan model pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain seperti Slavin dan Mann.
Prosedur Jigsaw (JP) bertujuan untuk memberikan kesempatan belajar yang setara kepada seluruh siswa dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam Prosedur Jigsaw (JP), siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, biasanya terdiri dari 5-6 orang kelompok gergaji ukir, dan setiap anggota kelompok diberi segmen tertentu dari pelajaran atau topik yang akan dipelajari.Setelah terbiasa dengan segmennya, siswa kemudian berpartisipasi dalam “kelompok ahli” sementara di mana mereka bergabung dengan siswa dari kelompok puzzle lain yang telah ditugaskan pada segmen yang sama. Dalam kelompok ahli ini siswa berdiskusi dan memperdalam pemahaman terhadap materi. Akhirnya, siswa kembali ke kelompok teka-teki awal mereka dan bergiliran mempresentasikan segmen mereka kepada kelompok, sehingga berbagi keahlian mereka dengan teman-temannya.
Prosedur Jigsaw (JP) dirancang untuk meningkatkan saling ketergantungan positif di antara siswa dan untuk memastikan bahwa setiap bagian siswa penting untuk penyelesaian dan pemahaman penuh dari produk akhir, mirip dengan teka-teki gambar. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa, meningkatkan kinerja ujian mereka, dan mengurangi ketidakhadiran, sekaligus menumbuhkan rasa suka yang lebih besar terhadap sekolah.